Eksistensi Remaja yang Sesuai Iman Kristen
EKSISTENSI YANG TIDAK DISERTAI PERCAYA DIRI
Malam minggu pada suatu lokasi food court perbelanjaan di ibukota,
tampak sekumpulan anak remaja belasan tahun menikmati kebersamaan dengan
anak-anak remaja lainnya. Obrolan-obrolan ringan disertai canda tawa
dan ejekan terdengar dalam percakapan khas remaja tersebut. Sebagian
besar dari mereka perempuan, di mana semua tampak memakai behel*),
memiliki gaya rambut belah tengah, dan memegang Blackberry dalam
genggaman tangannya masing-masing.
Salah seorang teman sekolah mereka yang ada di meja tersebut memiliki
penampilan yang berbeda. Alat komunikasinya bukan Smartphone bermerk
Blackberry walaupun harga pembeliannya masih dapat dibilang mahal. Dia
tidak memakai dan model rambutnya bukan belah tengah. Saat itu, ia
merasa minder dengan penampilannya. Saat pulang ke rumah, ia merengek
kepada orangtuanya minta dibelikan blackberry. Tidak cukup sampai di
situ, ia merasa ada yang salah dengan keindahan susunan gigi-gigi dalam
rahang mulutnya (sebelumnya tidak ada keluhan). Akhirnya, sang ibu
merogoh kocek kembali untuk memasangkan anak perempuannya , tentu dengan
warna yang menarik. Tidak lupa, anak tersebut mengubah gaya rambutnya
menjadi belah tengah. Sang remaja perempuan ini kembali merasa terlahir
kembali sebagai remaja ‘eksis’, dan dengan penuh percaya diri ia kembali
berkumpul dengan teman-temannya.